Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau henti nafas saat tidur
merupakan penyebab dari berbagai penyakit serius seperti hipertensi,
diabetes, gangguan jantung, hingga stroke. Namun sebuah penelitian
dalam jurnal kedokteran American Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine menemukan suatu hal yang mengejutkan, yakni hubungan sleep
apnea dan kanker!
OSA ditandai oleh dua gejala utama yaitu
mendengkur atau ngorok dan rasa kantuk yang berlebihan. Kedua tanda
yang sering kita temui sehari-hari, namun sayangnya juga paling sering
kita abaikan. Tetapi jangan salah mengerti. Yang penting dibicarakan di
sini adalah proses henti nafas yang terjadi, bukan suara dengkuran.
Saat
tidur, dan otot-otot kita melemas, saluran nafas jadi menyempit.
Akibatnya, aliran udara akan terhenti. Setelah beberapa waktu, penderita
akan terbangun disertai sensasi tersedak untuk menarik udara kembali.
Otak terbangun sesaat dan langsung kembali tertidur, akibatnya
penderita tak sadar ia terbangun-bangun selama tidur. Kadar oksigen pun
jadi menurun. Kondisi ini akan terjadi berulangkali selama tidur. Tak
jarang hingga lebih dari 30 kali tiap jamnya.
Penurunan kadar
oksigen (hipoksia) dan episode bangun singkat berulang-ulang inilah
yang memicu reaksi berantai yang berbuntut pada peningkatan tekanan
darah, kadar gula dan masalah-masalah kardio vaskular lainnya.
Penelitian
Pada Tikus
Sekelompok peneliti Spanyol menemukan bahwa
henti nafas yang terjadi berulang seperti yang terjadi pada penderita sleep
apnea, akan mendorong proliferasi sel-sel kanker melanoma dan
meningkatkan pertumbuhan tumor pada tikus.
Penelitian ini juga
menemukan bahwa sel-sel tumor dari model tikus dengan OSA ini
mengandung banyak sel-sel nekrosis. Artinya, mengandung tipe kanker
yang lebih agresif.
Pada penelitian ini, beberapa tikus
disuntikkan sel-sel tumor melanoma, lalu dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, dikurangi oksigennya selama 20 detik sebanyak 60 kali
per jamnya, selama 6 jam per hari. Kelompok kedua, diberikan oksigen
dalam kadar normal. Kemudian tumor diukur besarnya selama penelitian
dan setelah penelitian berakhir. Setelah 14 hari, tumor dari
tikus-tikus tersebut diangkat dan ditimbang serta diukur jumlah sel-sel
nekrosisnya untuk menentukan seberapa agresifnya tumor-tumor tersebut.
Walau
semua sel tumor bertambah besar, namun kelompok tikus yang dikurangi
suplai oksigennya secara berulang ternyata lebih besar pertambahan
volumenya. Berat tumor dan jumlah sel nekrosis didapati 2 kali lebih
besar dibanding kelompok tikus dengan kadar oksigen normal.
Profesor
Ramon Farre dari the University of Barcelona School of Medicine
Biophysics and Bioengineering Lab, mengatakan, efek hipoksia terhadap
pertumbuhan sel kanker telah lama diketahui. Tetapi efek hipoksia
berulang-ulang seperti yang dialami penderita OSA dalam tidur belum
pernah diteliti. Maka penelitian ini dianggap memberi terobosan baru di
dunia kedokteran.
Namun ia juga menekankan bahwa penelitian ini
masih amat awal. Diharapkan penelitian ini akan memicu
penelitian-penelitian lain yang lebih mendalam. Dengan ditemukannya efek
hipoksia intermiten terhadap pertumbuhan sel kanker, pengetahuan kita
akan kesehatan tidur dan OSA jadi lebih luas. Jika selama ini kita
hanya tahu efek OSA terhadap gangguan jantung dan metabolisme, kini
kita juga tahu efeknya terhadap penyakit yang telah lama menghantui,
kanker.
Monday, December 12, 2011
Dengkuran Ternyata Memperburuk Kanker
Posted by ™☻Uchiha Ahmad Sske☻™ at 5:01:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment